Silahturahmi


Free chat widget @ ShoutMix

Senin, 26 Mei 2008

A Qur’anic Methodology of Socio-Scientific Investigation

Dr. Masudul Alam Choudhury


Inti dari topik permasalahan yang dibahas paper ini adalah metode investigasi menurut Al Quran. Al Quran adalah buku manual mengenai kehidupan manusia, yang Allah turunkan melalui Wahyunya. Al Quran inilah yang merupakan bimbingan bagi umat manusia untuk mengerti alam realitas. Sehingga manusia ini dapat menjalankan kehidupannya dengan kebebasan untuk mencari tujuan hidup yang ada dalam kerangka Tauhid. Intinya, adalah metode Quranic for socio-scientific investigation tidak hanya berbasis kepada akal manusia (rasionalitas) semata tetapi berasal dari Al Quran dan Hadist. Dan ini berbeda dengan kerangka pemikiran socio-scientific investigation yang hanya menggunakan akal manusia tanpa menyertakan Tuhan dalam pemikirannya. Mereka berpendapat bahwa science itulah realitas yang membimbing kehidupan mereka di Dunia.

Isu yang dibahas dalam paper ini secara garis besar adalah bahwa metode Al Quran untuk socio-scientific investigation adalah metode yang lengkap dimana Wahyu (Revelation) yang Allah turunkan adalah kebenaran absolute yang melalui proses sirkuler (tasbih) yang menyambungkan tiga gradasi keyakinan antara haqq ul-yakin, ilm ul-yakin dan ayn ul-yakin. Bahwa semua yang ada di Dunia dan Jagad Raya ini adalah milik Allah. Dan ini adalah bukti kebenaran yang di uraikan oleh Al Quran. Pemikiran Imam Gazzali yang menolak rasionalisme sebagai premis dalam teori pemikiran pengetahuan Islam, sangat dominan dalam Quranic methodologi of socio-scientific investigation. Dalam pemikiran Islam, bahwa semua ilmu berasal dari Allah (unity of knowledge), sehingga sulit untuk dipisahkan antara aspek normatif dan positif. Barat (Occidental) selalu membuat dikotomi antara nalar induktif dan deduktif sehingga pada akhirnya terjadi keterpisahaan antara sains dan agama secara permanent. Menurut “Kant” walaupun Allah merupakan suatu kekuatan yang nyata dalam dimensi metafisika, akan tetapi kepercayaan ini tidak mempunyai kemampuan untuk membuktikan fenomena sain. Sedangkan menurut Quranic world view (pandangan) bahwa penalaran induktif dan deduktif menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan, seperti dimensi intrinsic (tersirat) dengan dimensi evidential (tersurat) seperti observasi, experimentasi, empirisme dan inferensi. Metode Quranic ini mempunyai epistemology yang berasal dari kepercayaan kepada Tauhid. Dalam Quranic world view terdapat prinsip keadilan yang inherent didalam yang tersurat dan tersirat yang menjelaskan tentang penciptaan sehingga netralitas dan keburukan tidak mempunyai tempat. Prinsip ini berdasarkan bahwa Allah selalu menciptakan segala sesuatunya berdasarkan berpasangan. Jika ada kebaikan maka ada keburukan, dan semua yang bersandar pada kebaikan mempunyai akar yang kuat sedangkan keburukan akan berdiri diatas akar yang lemah. Hubungan antara kebaikan dan keburukan akan selalu bersinggungan dalam suatu model yang mempunyai aliran sirkuler yang menggambarkan realitas mengenai fakta sejarah. Ini adalah perjalanan sejarah yang lurus (linear) secara spiritual melalui ruang dan waktu dalam mengusung usul fenomena. Allah telah mengirimkan Rassulnya untuk menjaga umatnya di jalan yang lurus “sirat al-mustaqim” dan memberi penjelasan mengenainya. Jalan yang lurus ini adalah perkiraan linear antara aliran pengetahuan dan waktu yang berjalan dari sumber Ilahi. Pada akhirnya perjalanan proses sejarah dan akumulasi pengalaman yang panjang ini dapat diuraikan dalam kesatuan yang terintegrasi antara Tauhid dan Akhirat.

Teorinya menyatakan bahwa A Quranic Methodology of Socio-Scientific Investigation adalah metodologi penelitian yang menggunakan Al Quran dan Hadist sebagai dasar pemikirannya. Dalam metodologi ini aspek normatif dan positif, induktif dan diduktif adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Berbeda dengan metode penelitian Barat (Occidental) dimana mereka berpegang kepada rasionalisme semata dan mengeluarkan aspek “Tauhid” sehingga terjadinya perceraian antara agama dan sains.

Kesimpulan dan sarannya adalah bahwa sains yang hanya berpegang pada unsur rasionalisme semata berdiri pada fondasi pemikiran yang salah karena realitas sebenarnya adalah yang berasal dari kebenaran yaitu unsur yang dimensi intirinsik dan dimensi evidential merupakan satu kesatuan dan bukan keterpisahan secara dikotomis. Kesimpulannya adalah bahwa sains yang berpegang pada rasionalisme semata akan menjadi destruktif.

Komentar saya mengenai tulisan ini adalah sangat menarik, karena Quranic Methodology of Socio-Scientific Investigation merupakan metode penilitian yang mengsintesakan antara aspek normative dan positive. Aspek normatif yang berasal dari Al Quran dan positifnya dari Sunnat Allah. Sedangkan operasionalnya melalui model Tawhidi epistemology. Di Dunia yang secara hegemoni ini dikuasai oleh pemikiran Barat (Occidental), maka pemikiran-pemikiran di luar rasionalisme adalah pemikiran yang berada di luar arus mainstream.

Seharusnya metode penelitian dalam ekonomi dan keuangan Islam dilakukan dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan diatas. Yaitu dengan menggunakan Tawhidi metodologi dimana aspek Tuhan sebagai sumber dari semua ilmu tidak pernah terpisahkan dari positif sains. Dan bukan seperti pemikir-pemikir Islam modernis atau liberal, atau progresif, seperti Ali Abd al-Raziq, Thaha Hussein, Muhammad Abduh, Hasan Hanafi, Nurcholis Majid, Farid Esack, Muhammad Arkoun dan lain-lain yang sejalan dengan pemikiran Barat. Di zaman modern ini arus informasi melalui keberadaan information superhighway menjadi semakin kuat dan deras dan tanpa sistem epistemologi yang benar, maka kita akan berada dalam kebingungan yang berkelanjutan. Sehingga untuk membangun ekonomi dan keuangan Islam diperlukan suatu metode yang mempunyai sistem epistemology yang bersumber kepada Tauhid. Tawhidi epistemology yang juga menggabungkan pemikiran al-Ghazali, telah merumuskan suatu sistem epistemology guna menyaring informasi yang ada lalu mengelompokannya kedalam klasifikasi benar dan salah.

Tidak ada komentar: